24 April 2012

Pengertian Kebajikan


Berbuat Kebajikan Adalah Kodrat Manusia

Ada orang yang bertanya: Apakah saya sudah berbuat baik?

Pertanyaan yang mungkin umum difahami, tetapi saat kita berpikir akan hasil segala perbuatan kita menjadi sia-sia. Mengapa tidak berorientasi pada proses saja? Proses yang baik dapat dipastikan memberikan hasil akhir yang baik.

Saat melakukan sesuatu, baik pikiran, ucapan atau perbuatan senantiasa mempertimbangkan kebaikan pula bagi sesama dan lingkungan. Fokus pada yang dilakukan membutuhkan energi yang besar. Sering sekali kita tidak fokus pada yang kita kerjakan. Inilah yang disebut : Going London looking Tokyo. Lakukan sesuatu dengan sadar. Arti dari kesadaran adalah perbuatan yang bertanggung jawab. Sadar akan perbuatan berarti memahami dengan pasti bahwa perbuatannya tidak mengganggu lingkungan dan sesama. Inilah definisi kesadaran….

Mereka yang sadar akan perbuatannya, tentu akan berpikir berulangkali apakah yang dilakukan juga bermanfaaat bagi sesama. Banyak orang melakukan sesuatu hanya untuk kepentingan diri, kelompok ataupun golongan sendiri. Hanya untuk kepentingan personal. Ia belum melangkah ke ranah transpersonal. Ranah manusia yang menyadari keterhubungannya dengan alam sekitar. Sadarilah bahwa kita satu ada Nya. Tiada kotak pembatas.

Kotak pembatas muncul ketika kita hanya mementingkan diri sendiri. Bukan kemanfaatan bagi umum. Contoh yang nyata ada di sekitar kita. Misalnya banyak orang mengataka: Agamaku lebih baik dari agamamu…. Pola pikir seperti inilah yang menimbulkan arogansi. Jika kita berpikir: Agamaku tidak lebih baik dari agamamu, kita akan bisa mengapresiasi agama lain. Pola pikir seperti inilah yang mesti kita tebarkan pada sekitar. Pikiran adalah getaran atau resonansi. Dan resonansi ni akan tertangkap oleh mereka yang memiliki frekueansi yang sama. Jika pun tidak, badan kita sendiri yang akan mendapatkan manfaatnya.

Reward apa lagi yang anda butuhkan ketika badan kita menjadi sehat karena bisa berpikir, berucap dan berbuat baik? Mengapa masih saja harapkan konfirmasi dari orang untuk melakukan kebaikan. Mengapa masih saja senang ketika statement kita menambah kekeruhan? Bukan kah lebih menyehatkan membuat statement yang menyejukkan?

Mereka yang senang melukai perasaan orang lain dalam keadaan sakit sesungguhnya. Tentu ada penyesalan dalam hati. Karena berbuat baik terhadap sesama adalah alami. Sifat itu ada secara inherent dalam hati manusia. Tapi karena bentukan lingkungan sifat kebaikan itu tertutup. Ia hidup dalam perbudakan lingkungan. Jati diri yang penuh welas asih tertutup oleh ilusi ciptaan lingkungan.

Kesadaran akan kebaikan diri tertutup oleh ketakutan. Takut tidak diakui oleh rekan karena penampilan luar yang kurang mentereng, katanya. Mereka kurang percaya diri terhadap energi kelembutan penuh kasih yang merupakan kekuatan ilahiah sebagai kodratnya.

Sesungguhnyalah kodrat manusia berbuat selaras dengan alam. Dalam diri manusia ada sifat angin yang menyejukkan dan sifat air yang menghidupi. Api yang senantiasa bersemangat untuk berbagi kebajikan. Unsur tanah yang senantiasa mau memaafkan walaupun dihina. Semua unsur di wadahi oleh unsur ruang yang maha luas.

Berbuat baiklah!!!!!! Itulah kodratmu…..

sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2011/10/20/berbuat-kebajikan-adalah-kodrat-manusia/

Saya setuju jika berbuat kebajikan adalah kodrat manusia, Sering sekali kita tidak fokus pada yang kita kerjakan. rti dari kesadaran adalah perbuatan yang bertanggung jawab. Sadar akan perbuatan berarti memahami dengan pasti bahwa perbuatannya tidak mengganggu lingkungan dan sesama. Inilah definisi kesadaran

Jika kita dapat menolong sesama yang menderita atau membebaskan penderitaan makhluk hidup yang lain, kita akan merasakan kepuasan batin yang tak terhingga. Ini adalah salah satu contoh kebajikan sebagai sumber kebahagiaan.

dan Jangan pernah menyerah untuk berbuat kebaikan. Meski banyak yang mencibir tentang kebaikan yang dikerjakan. Mendapatkan fitnah dari orang-orang yang tidak menyukai kebaikan tersebut juga hal yang biasa. Fitnah muncul dikarenakan ketidaksenangan atas keberhasilan yang kemudian diperbincangkan orang banyak.

Kebaikan tidak memandang ruang dan waktu. Bersifat konstan dan relatif tidak menyulitkan bagi yang melakukannya. Perkara orang lain peduli atau tidak, tidak menjadi persoalan. Teruskan saja untuk berbuat baik dan tidak usah berfikir begini dan begitu.

Yang terbaik adalah, menurut saya, melakukan klarifikasi secukupnya saja. Tidak usah berlebih-lebihan.


Post ini ditujukan untuk melngkapi tugas Ilmu Budaya Dasar.
Sumber : My Own 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar